Kegiatan pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat atau yang dikenal dengan Tri Dharma Perguruan merupakan amanat yang harus dijalankan oleh setiap civitas akademika.Amanat ini perlu dilakukan agar Perguruan Tinggi tidak menjadi menara gading yang terlepas dari realitas sosialnya. Termasuk munculnya Pandemi COVID-19, yang membuat aktivitas keseharian tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya dan menuntut adaptasi, inovasi, dan kreativitas untuk tetap dapat melaksanakan kegiatan di tengah berbagai keterbatasan. Dalam kegiatan pendidikan, berbagai aktivitas belajar mengajar selama ini banyak dilaksanakan dengan cara daring (online) dan hanya sedikit yang menerapkan tatap muka pada daerah-daerah tertentu dengan mengikuti protokol kesehatan yang ketat. Sementara, kegiatan kemasyarakatan yang lain termasuk yang berhubungan dengan pendidikan tinggi sangat dibatasi untuk menghindari transmisi virus ini.
Kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) yang selama ini diterapkan dengan menerjunkan sekelompok mahasiswa ke masyarakat, juga harus mengalami adaptasi. Praktik KKN selama ini ternyata juga memiliki bentuk dan penyebutan yang bervariasi. Selain disingkat KKN, Kuliah Kerja Nyata juga sering disingkat Kukerta, ada juga yang menyebutnya Kegiatan Pengabdian Masyarakat (KPM), dan sebagainya. Dalam situasi Pandemi COVID-19 ini, beberapa Perguruan Tinggi ada yang menerapkan KKN Tematik atau KKN Daring, dimana mahasiswa tidak terjun langsung untuk tinggal bersama di masyarakat.
Dalam situasi ini, STAI DR KHEZ Muttaqien merancang kegiatan KKN Mahasiswa menyesuaikan dengan keterbatasan yang dihadapi oleh mahasiswa dalam berinteraksi di tengah masyarakat selama pandemi. Seperti kita ketahui, pandemi COVID-19 ini dinyatakan sebagai darurat bencana non alam, sampai batas waktu yang belum ditentukan hingga vaksinasi ditemukan dan siap digunakan oleh masyarakat. “Kegiatan ini bernama Pengabdian Berbasis Penelitian, disingkat PBP. Penerapan nya dengan menggunakan model Participatory Action Research (PAR), dimana mahasiswa diminta untuk melakukan PBP ini di desa di wilayah kecamatan masing-masing tempat mahasiswa tersebut tinggal. Hal ini selain untuk menghindari kegiatan yang melibatkan pengumpulan orang dalam jumlah banyak dan membatasi mobilitas, juga dimaksudkan agar mahasiswa tersebut dapat mengenali betul persoalan maupun potensi desanya,”terang Ketua STAI DR. KHEZ Muttaqien, Dr.Imam Tabroni, M.Pd.I saat dilaksanakan pembekalan PBP secara daring Kamis (22/10) lalu. Imam menambahkan, bahwa hasil temuan mahasiswa saat PBP ini juga bisa ditindaklanjuti oleh mahasiswa sebagai tema skripsi, maupun kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan oleh Dosen dan mahasiswa lain nantinya.”Terkait dengan PBP ini, mahasiswa dapat memberikan pengabdiannya dengan turut memberi solusi atas persoalan di masyarakat yang ditemukannya.”
Menurut laporan Ketua Panitia, H.Abdurrahman Lc., MA., jumlah mahasiswa yang mengikuti PBP hingga saat pelaksanaan pembekalan ini sebanyak 179 orang mahasiswa yang berasal dari Program Studi (Prodi) Pendidikan Agama Islam (PAI), Ahwal al Syakhsiyyah (AS), Ekonomi Syari’ah (EKOS), Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), Pendidikan Bahasa Arab (PBA) dan Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD). “Jumlah ini masih memungkinkan bertambah, mengingat ada mahasiswa yang masih belum mendaftar dengan berbagai alasan. Kami masih memberi kesempatan untuk mendaftar hingga sehari sebelum pelaksanaan PBP. Bila tidak, silakan untuk mengikuti kegiatan KPM tahun depan, bila memang status pandemi ini sudah dicabut oleh pemerintah.” Saat berita ini diturunkan, memang ada beberapa mahasiswa yang melakukan protes terkait dilaksanakannya KPM dengan model PBP. Mereka menghendaki agar kegiatan PBP di desa-desa tetap bisa dilaksanakan berkelompok. “Sepertinya ada yang mengharapkan romantisme pelaksanaan KKN seperti saat situasi normal. Namun, tentunya hal itu masih sulit dilaksanakan. Bahkan tahun lalu kampus kami terpaksa menarik mahasiswa dari lokasi, pada saat awal-awal pemerintah menyatakan COVID-19 sebagai Pandemi”, imbuh Surya Hadi Darma, M.Ud Wakil Ketua III Bidang Kemahasiswaan. ” Padahal semua ini dilakukan agar mahasiswa tetap bisa melaksanakan Tri Dharma serta melanjutkan kegiatan akademiknya. Pungkas Candidat Doktor Studi Agama-agama UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini”
Untuk diketahui, dari 179 peserta PBP tesebut terdiri dari Program Studi (Prodi) Pendidikan Agama Islam (PAI) 72 orang, Ahwal Al Syakhsiyyah (AS) 24 orang, Ekonomi Syari’ah (Ekos) 33 orang, Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) 8 orang, Pendidikan Bahasa Arab (PBA) 14 orang dan Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) 28 orang. [ADK/DSP]